Pergerakan nasional Indonesia memunculkan organisasi pergerakan yang
berkemang dikalangan Hindia Belanda. Organisasi-organisasi tersebut memiliki
landasan dan sikap yang berbeda dalam mengambil peran di pergerakan nasional.
Secara umum organisasi-organisasi tersebut dapat dibabakan ke dalam beberapa
masa berdasarkan corak pergerakannya, sebagai berikut :
·
Masa awal pergerakan
nasional (1908 - 1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo (Budi Utomo adalah Organisasi yang memprakarsai Perjuangan secara nasional), Sarekat Islam,
dan Indische Partij.
·
Masa
radikal/nonkooperasi (1920 - 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia
(PNI).
·
Masa moderat/kooperasi
(1930 - 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di
samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan
organisasi perempuan.
Organisasi-oraganisasi Pergerakan Nasional Indonesia
1. Budi Utomo (BU)
Pada awal abad ke-20 sudah banyak mahasiswa di kota-kota besar terutama di
Pulau Jawa. Sekolah kedokteran bernama STOVIA (School tot Opleideing van
Inlandsche Aartsen) terdapat di Jakarta. Para tokoh mahasiswa kedokteran
sepakat untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia dengan memajukan pendidikan
rakyat.
Pada tanggal 20 Mei 1908 sebuah organisasi bernama Budi Utomo dibentuk di
Jakarta. Ketua Budi Utomo adalah dr Sutomo, dan tonggak berdirinya Budi Utomo
pada tanggal 20 Mei 1908 dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lain
pendiri Budi Utomo adalah Gunawan, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo.
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai politik. Tujuan utamanya
adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat dari tujuan yang hendak
dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf
yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja anak-anak bersekolah,
membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali
seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan
dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut.
·
Pihak kanan,
berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan terpelajar saja, tidak
bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada pelajaran sekolah
saja.
·
Pihak kiri, yang
jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda berkeinginan ke arah gerakan
kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan.
Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari
keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin lamban.
Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi
Utomo :
1. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi daripada
penduduk umumnya.
2. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat
Indonesia.
3. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum
terpelajar tersisih. Ketika meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo mulai
terjun dalam bidang politik.
4. Pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya
(Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena
politik.
2. Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang
bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo
oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa.
Garis yang diambil oleh SDI adalah kooperasi, dengan tujuan memajukan
perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih
terbatas pada ruang lingkup pedagang, maka tidak memiliki anggota yang cukup
banyak.
Oleh karena itu agar memiliki anggota yang banyak dan luas ruang
lingkupnya, maka pada tanggal 18 September 1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat
Islam). Organisasi Sarekat Islam (SI) didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti
H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang
pesat karena bermotivasi agama Islam. Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat
Islam adalah:
1. Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2. Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan
kekuatannya
3. Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
·
Mengembangkan jiwa
berdagang,
·
Memberi bantuan kepada
anggotanya yang mengalami kesukaran,
·
Memajukan pengajaran
den semua yang mempercepat naiknya
·
Derajat bumi putera,
·
Menentang
pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam,
·
Tidak bergerak dalam
bidang politik, dan
·
Menggalang persatuan
umat Islam hingga saling tolong menolong.
Pada tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan
Gubernur Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari
Idenburg pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S
Cokroaminoto tidak diberi badan hukum.
Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah colonial Belanda (Gubernur
Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada di daerah. Ini suatu taktik
pemerintah colonial Belanda dalam memecah belah persatuan SI. Bayangan
perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S Cokroaminoto dengan
Semaun mengenai kapitalisme.
Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis, bergandeng dengan
kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan tahun 1921,
ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap anggota SI tidak
boleh merangkap sebagai anggota organisasi lain terutama yang beraliran
komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah.
·
SI Putih, yang tetap
berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus
Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
·
SI Merah, yang
berhaluan sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berpusat di
Semarang. Dalam kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai
Sarekat Islam Indonesia (PSII). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti
nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia
(PKI).
3. Indische Partij (IP)
Indische Partij adalah partai politik pertama di Indonesia.
menunjukkan para pendiri Indische Partij yang terkenal dengan sebutan
tiga serangkai E.F.E. Douwes Dekker (Danudirjo Setiabudi), R.M. Suwardi
Suryaningrat, dan dr. Cipto Mangunkusumo. Indische Partij dideklarasikan
tanggal 25 Desember 1912.
Tujuan Indische Partij sangat jelas, yakni mengembangkan semangat
nasionalisme bangsa Indonesia. Keanggotaannya pun terbuka bagi semua golongan
tanpa memandang suku, agama, dan ras.
Pada tahun 1913 terdapat persiapan pelaksanaan perayaan 100 tahun
pembebasan Belanda dari kekuasaan Perancis. Belanda meminta rakyat Indonesia
untuk turut memperingati hari tersebut. Para tokoh Indische Partij menentang
rencana tersebut.
Suwardi Suryaningrat menulis artikel yang dimuat dalam harian De Expres,
dengan judul Als Ik een Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda). Suwardi
mengecam Belanda, bagaimana mungkin bangsa terjajah (Indonesia) disuruh
merayakan kemerdekaan penjajah. Pemerintah Belanda marah dengan sikap para
tokoh Indische Partij. Akhirnya Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat ditangkap dan dibuang ke Belanda.
4. Perhimpunan Indonesia
Pada tahun 1908 di Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging.
Pelopor pembentukan organisasi ini adalah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto
Suroto. Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini adalah R. Pandji
Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel.
Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging adalah Indonesia merdeka,
memperoleh suatu pemerintahan Indonesia yang bertanggung jawab kepada seluruh
rakyat. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto Mangunkusumo dan
Suwardi Suryaningrat, sangat mempengaruhi perkembangan Indische
Vereeniging.
Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda, dalam pembentukan negara Hindia
yang diperintah oleh rakyatnya sendiri. Perasaan anti-kolonialisme semakin
menonjol setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson tentang
kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada negara-negara terjajah (The Right
of Self Determination).
6. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai dalam pergerakan nasional banyak berawal dari
studie club. Salah satunya adalah Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai
Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak
terlepas dari keberadaan Algemeene Studie Club.
Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh situasi sosio politik yang
kompleks. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangatuntuk
menyusun kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat
pendirian partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi,
Mr. Iskaq Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada awal berdirinya, PNI diketuai oleh Ir Soaekarno. PNI berkembang sangat pesat karena didorong oleh faktor-faktor berikut.
1. Pergerakan yang ada lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2. PKI sebagai partai massa telah dilarang.
3. Propagandanya menarik dan mempunyai orator ulung yang bernama Ir. Soekarno
(Bung Karno).
4. Untuk mengobarkan semangat perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan
Trilogi sebagai pegangan perjuangan PNI. Trilogi tersebut mencakup kesadaran
nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional.
Tujuan PNI adalah mencapai Indonesia merdeka. Untuk mencapai tujuan
tersebut, PNI menggunakan tiga asas yaitu self help (berjuang dengan usaha
sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya terhadap pemerintah juga antipati dan
nonkooperasi. Dasar perjuangannya adalah marhaenisme.