KERAGAMAN
SUKU BANGSA DAN BAHASA DI INDONESIA
Materi Pertemuan 1 : Keragaman Rumah Adat
Tujuan Pembelajaran : Mengidentifikasi
Keragaman Etnik dan Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan dan
mencari solusi terkait keragaman etnik di Indonesia
Ø Siswa Akan Membaca Hand Out Materi Selama 10 Menit
Sebagai negara kepulauan
Indonesia memiliki beragam suku bangsa. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010,
diketahui bahwa Indonesia memiliki 1.128 suku bangsa (Netral News. 2017). Untuk
mendapatkan gambaran mengenai sebaran suku bangsa di Indonesia, perhatikan
daftar suku bangsa di Indonesia pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel
1.1 Amati nama suku bangsa dan daerah asalnya!
Nama Suku Bangsa
|
Daerah Asal
|
Aceh,
Gayo, Tamiang, Simeulue
|
Aceh
|
Batak
Toba , Batak Karo, batak mandailing, nias.
|
Sumatra
Utara
|
Minangkabau,
mentawai
|
Sumatra
Barat
|
Talang
Mamak, Kualam Bonai, Akit
|
Riau
|
Komering,
Palembeng, Ogan
|
Sumatera
Selatan
|
Bangka,
Belitung, Mendanau, Sumendo
|
Bangka
Belitung
|
Rajang,
Lembak
|
Bengkulu
|
Kubu,
Kerinci, Bajau
|
Jambi
|
Lampung
|
Lampung
|
Sunda
|
Jawa
Barat
|
Betawi
|
DKI
Jakarta
|
Jawa,
Samin, Karimun
|
Jawa
Tengah
|
Madura,
Jawa, Tengger, Osing
|
Jawa
Timur
|
Dayak,
Ngaju
|
Kalimantan
Barat
|
Bulungan,
Tidung
|
Kalimantan
Timur
|
Lawang,
Dusun
|
Kalimantan
Timur
|
Sasak,
Sumbawa, Bima
|
Nusa
Tenggara Barat
|
Timor,
Rote, Flores, Sumba
|
Nusa
Tenggara Timur
|
Kaali,
Kuwali
|
Sulawesi
Tengah
|
Wolio,
Laki, Buton
|
Sulawesi
Tenggara
|
Sangir,
Talaud, Minahasa
|
Sulawesi
Utara
|
Makasar,
Bugis , Toraja
|
Sulawesi
Selatan
|
Bali
|
Bali
|
Ambon,
Alifuru
|
Maluku
|
Marind,
Asmat, Biak
|
Papua
|
Sumber :
Rizky dan Wisobo (2015)
Sumber : Netral News (2017)
Keragaman
suku bangsa merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, namun
keragaman tersebut juga harus dapat disikapi dengan bijaksana, toleransi,
saling menghormati, serta saling bermusyawarah dan berinteraksi dengan baik.
Jika keberagaman tersebut tidak disikapi dengan nilai-nilai kebaikan justru
keberagaman tersebut dapat menimbulkan berbagai kecemburuan sosial dan
kesalahfahaman akibat tidak adanya hubungan dan komunikasi yang baik antar
suku. Indonesia merupakan masyarakat yang memiliki 1340 suku bangsa, dan ini
merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Biasanya masing masing
suku tersebut hidup
berkelompok. Sebagai masyarakat Indonesia yang baik sudah seharusnya kita dapat
hidup berdampingan dan saling berinteraksi dengan menjunjung nilai toleransi.
Namun terkadang keragaman suku bangsa yang menjadi sumber kekayaan bangsa justru
dinodai dengan adanya pertikaian antar suku. Rasa kecemburuan sosial, perbedaan
kepentingan, merupakan akar permasalahan yang menyebabkan pertikaian antar suku
di Indonesia. Oleh karena itu sebagai generasi penerus, kita semua hendaknya
dapat memahami perbedaan, dapat menjalin silahturahmi yang baik tanpa
membeda-bedakan suku ataupun agama. Sehingga keragaman suku di Indonesia dapat
menjadi kekayaan yang tak ternilai harganya, dengan masyarakatnya yang hidup
harmonis. Berikut ini merupakan beberapa contoh pertikaian antar etnik yang
pernah terjadi di Indonesia, semoga dapat di ambil pelajaran sehingga hal
tersebut tidak terulang lagi.
A. Beberapa
contoh pertikaian antar suku yang terjadi di
Iindonesia
1. Pertikaian Antar Suku di Lampung
Lampung merupakan
daerah tujuan transmigrasi besar-besaran. Masyarakat lampung hanya sedikit
namun masyarakat, Bali, Sumatera utara, Padang, Palembang, Bugis hingga
keturunan Cina dan Arab banyak yang menetap disana. Selain menjadi kekayaan
tersebdiri bagi Provinsi Lampung dengan beragamnya suku yang mendiami Provinsi
tersebut, Lampung juga dapat menjadi potensi pertikaian antar suku jika
hubungan antar suku tidak terjalin dengan baik. Di lampung pernah terjadi
pertikaian antara masyarakat pendatang dan masyarakat setempat. Berikut
merupakan sebab-sebab terjadinya pertikaian antar suku di Lampung :
1)
Kecemburuan Sosial
Kecemburuan sosial adalah suatu kondisi dimana
munculnya kelas kelas sosial karena adanya perbedaan perbedaan
dalam kehidupan bermasyarakat seperti dari segi politik, ekonomi, sosial,
Idiologi, dsb yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Di
Provinsi Lampung pernah terjadi pertikaian antara suku Bali dan suku Lampung
dipicu oleh rasa kecemburuan sosial. Pada saat mayarakat Bali datang ke lampung
karena adanya program transmigrasi, masyarakat bali mempunyai sifat yang ulet
dan tekun dalam bekerja. Dalam kurun waktu 51 tahun sejak ditempatkan di
lampung, desa yang mereka bangun tergolong maju dengan bangunan megah
dilengkapi pura-pura. Berbeda dengan Desa Agom yang dihuni suku Lampung yang
memiliki rumah-rumah sederhana dibandingkan dengan bangunan di desa Balinuraga.
Adanya kecemburuan sosial Desa Agom terhadap Desa Balinuraga membuat pertikaian
kecil menjadi besar,dan pertikaian individu menjadi pertikaian kelompok.
2)
Karena Kebutuhan Ekonomi
Konflik
masyarakat Desa Agom dan Desa Balinuraga ini terjadi karena satu sama lain
memiliki kebutuhan dan kepentingan dalam satu wilayah yang sama. Contohnya
konflik lahan parkir yang terjadi antara etnis bali dan etnis lampung. Etnis
lampung memiliki kebutuhan ekonomi dengan menjadi tukang parkir di
pasarSidomulyo, tetapi saat diminta uang parkir etnis Bali justru mengejek
etnis Lampung dengan membawa hal yang bersifat SARA. Dan hal ini pun menjadi
pertikaian di pasar Sidomulyo
3)
Kesalah fahaman
Kesalahfahaman
antar suku juga dapat menjadi pemicu benih-benih pertikaian antar suku. Contohnya
pertikaian antara suku Bali dan suku Lampung. Penyebab dari pertikaian ini
adalah dua gadis desa Agom (Suku Lampung) terjatuh dari motor dan beberapa
pemuda dari desa Balinuraga (suku Bali) membantu mereka. Namun warga desa Agom
salah paham mereka menganggap warga desa Balinuraga tidak hanya membantu korban
melainkan diikuti perbuatan tidak pantas. (Utami, 2010)
Berdasarkan
permasalahan yang pernah terjadi antara masyarakat Lampung dan masyarakat Bali,
kita dapat mengambil pelajaran, bahwa tidak sepatutnya rasa kecemburuan sosial
membawa kita pada rasa tidak suka, seharusnya kita lebih menerapkan sikap
terbuka dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dan tolong menolong dalam
masyarakat, sehingga apabila kita melihat orang yang lebih sukses tidak
sepatutnya kita bersikap iri. Dan pertikaian itu harus terlebih dahulu
diselesaikan dengan komunikasi dan musyawarah, agar kita mengetahui akar
permasalahannya, dan agar kita dapat menyelesaikan permasalahan dengan adil.
2. Pertikaian
Antar Suku di Kalimantan Tengah
Secara umum terdapat empat kelompok etnis besar dikalimantan
tengah yaitu, Dayak, cina, dan madura. Di propinsi kalimandan tengah pertikaian
antara suku asli dan suku pendatang dapat meluas menjadi pertikaian antar suku.
Berikut merupakan sebab-sebab
terjadinya pertikaian antar suku di Kalimantan Tengah :
1)
Sengketa Tanah
Permasalahan
tanah memang seringkali menjadi pemicu pertikaian antara suku asli dan suku
pendatang. Pertikaian yang pernah terjadi di Kalimantan Tengah dilatarbelakangi
oleh mengeksploitasian
jutaan hektar hutan di Kalimantan. Proses marginalisasi orang Dayak dilakukan
juga oleh pemerintah. “Pemerintah telah mengubah hutan-hutan dan tanah-tanah
adat menjadi daerah transmigrasi, perkebunan, dan penebangan kayu, dengan janji
bahwa proyek itu akan menguntungkan mereka. Meskipun begitu, banyak di antara
proyekproyek itu justru semakin memperburuk standar hidup mereka” (Tanasaldy,
2007:478). Hal ini pun menjadi pemicu pertikaian antara suku dayak dan suku
madura, karena orang-orang madura banyak yang duduk di pemerintahan. Perubahan
hutan-hutan dan rumah adat menjadi daerah pemukiman berlaku sejak adanya
kebijakan Hak Pengusahaan Hutan (HPH),
2) Permasalahan
Ketimpangan Ekonomi
Suku madura dapat
digambarkan sebagai masyarakat yang mandiri, dan berwatak dinamis. Warga madura
memiliki sifat gigih dan memiliki etos kerja yang luar biasa, sehingga etnis
madura menjadi etnis yang mampu menguasai perekonomian di Kalimantan Tengah.
Hal ini mengakibatkan adanya kesenjangan antara masyarakat Madura dan
masyarakat Dayak yang merupakan penduduk asli daerah itu. Suku Dayak pun dikabarkan merasa cemburu dengan
persaingan yang terus datang dari warga Madura yang semakin agresif. Ditambah
lagi, aturan-aturan baru telah memungkinkan warga Madura memperoleh kontrol
terhadap banyak industri komersial di provinsi ini seperti perkayuan,
pertambangan dan perkebunan, suku Dayak terkesan tertinggal dari masyarakat
pendatang terutama suku Madura. Sehingga terkadang menyebabkan pertikaian
antara kedua suku tersebut.
3) Perebutan Sumber Daya
Alam
Perebutan sumber daya
alam juga kerap menjadi pemicu terjadinya pertikaian antara suku asli dan suku
pendatang. Contohnya Pertikaian antara suku Dayak dan suku Madura juga pernah
terjadi karena suku Madura yang ikut mengambil emas saat suku Dayak tengah menambang
emas, hal tersebut kemudian berlanjut pada pertikaian antar suku. Padahal tidak
seharusnya permasalahan tersebut diselesaikan dengan pertikaian, kita dapat
menyelesaikan masalah tersebut dengan musyawarah. Komunikasi serta berusaha
untuk menjalin hubungan yang baik antar suku dapat lebih meredam
kesalahpahaman, karena selama ini masing-masing suku biasanya hidup
berkelompok, sehingga memungkinkan tidak terjalin komunikasi yang terbuka dan
tidak terciptanya kekeluargaan yang harmonis satu sama lain. (Prayudi,
2004)
B. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat dilakukan masyarakat untuk
mencegah dan mengatasi pertikaian Antar Etnis di Indonesia:
·
Memegang teguh ajaran agama (Religius), karena
setiap agama tidak ada yang mengajarkan kekerasan kepada umatnya. Semua agama
mengajarkan nilai-nilai menghargai sesama manusia. Dengan memegang teguh ajaran
agama setiap masyarakat pasti tidak akan berbuat kekerasan terhadap orang lain,
dan ia akan mematuhi nilai-nilai baik dalam agamanya, dan tidak melakukan hal
buruk yang dilarang agama.
·
Semangat nasionalisme cara mengadakan
program-program pendidikan yang mencakup ideologi multikultural dan demokrasi.
·
Semangat pluralisme, dengan menanamkan jiwa
anti diskriminasi, upaya sosialisasi kebiasaan masing-masing juga perlu
dilakukan, selain itu juga mengembangkan sikap terbuka dan saling berinteraksi
antar suku, serta saling menghormati dapat mencegah adanya sikap salah padam
satu sama lain.
·
Semangat untuk toleransi, saling menghormati
antar sesama
·
Tidak mengeksploitasi hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik sara.
C. Berikut ini beberapa tindakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk
mencegah dan mengatasi pertikaian Antar Etnis di Indonesia:
·
Pada tataran sosial politik dan kebudayaan,
dapat dilakukan pengembangan kondisi yang kondusif bagi budaya lokal dengan memberdayakan kembali lembaga-lembaga
adat lokal. Dengan begitu rakyat memiliki wadah untuk menyalurkan aspirasinya.
·
Pada tataran ekonomi, sentra-sentra bisnis yang
menjadi salah satu pemicu kecemburuan sosial terhadap kaum pendatang. Sebisa
mungkin dapat diwujudkan tetap terjaganya perkembangan wilayah sekitar,
mewujudkan pemerataan, sehingga tidak terjadi kesenjangan ekonomi antar
kelompok suku.
·
Pemerintah harus bijak dalam membuat peraturan,
sehingga tidak hanya menguntungkan sebelah pihak, namun juga tetap
memperhatikan kepentingan masyarakat (Prayudi, 2004).
Masing-masing
suku di Indonesia juga meliliki bahasa yang berbeda-beda, kosa kata, nada
bicara masing masing daerah pun berbeda-beda, Indonesia juga memiliki berbagai
bahasa daerah, setiap suku biasanya memiliki bahasa daerahnya masing-masing.
Terdapat sekitar 652 bahasa daerah di Indonesia dan ini merupakan keragaman
budaya Indonesia, namun keberadaannya saat ini mulai tergerus oleh roda zaman.
Selanjutnya,
Summer Insitute of Linguistics (SIL) (2008) menyebutkan paling
kurang dua belas faktor yang berhubungan dengan kepunahan bahasa, yaitu (1)
kecilnya jumlah penutur, (2) usia penutur, (3) digunakan-atau-tidak
digunakannya bahasa ibu oleh anak-anak, (4) penggunaan bahasa lain secara
reguler dalam latar budaya yang beragam, (5) perasaan identitas etnik dan sikap
terhadap bahasanya secara umum, (6) urbanisasi kaum muda, (7) kebijakan
pemerintah, (8) penggunaan bahasa dalam pendidikan, (9) intrusi dan eksploitasi
ekonomi, (10) keberaksaraan, (11) kebersastraan, dan (12) kedinamisan para
penutur membaca dan menulis sastra. Selain itu, ada pula tekanan bahasa dominan
dalam suatu wilayah masyarakat multibahasa.
Selain
menjadi kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia, Bahasa juga dapat
menimbulkan kesalahpahaman satu sama lain karena kurangnya pemahaman tentang
adat kebiasaan dan cara berkomunikasi suku lain.
D. Berikut Merupakan Penyebab Kesalahfahaman Antar Bahasa:
1)
Tidak Mengerti Arti Bahasa
yang Disampaikan
Perbedaan
bahasa terkadang juga dapat menimbulkan kendala bagi seseorang yang berbeda
suku dalam berinteraksi. Salah satu kesulitan tersebut adalah mereka tidak
mengerti bahasa yang disampaikan oleh lawan bicaranya.
Sebagai
contoh yang pernah dialami Zulaikha mahasiswi dari bali yang berbicara kepada
pedagang pisang goreng yang bersuku madura.
“
Ketika saya hendak membeli pisang goreng di tempat jualan di sekitar kampus. Saya
bertanya dengan penjual tersebut “Apakah pisang gorengnya masih ada?”. Penjual
tersebut bilang kalau pisang gorengnya “entek”. Akhirnya saya tunggu 20 menit, saya
hanya bergeming dalam hati kok pisang gorengnya belum dibungkusin. Lalu teman
saya mampir dan bertanya “kenapa kamu masih disini?”, lalu saya menjawab “kata
penjualnya pisang gorengnya entek”, kemudian teman saya tertawa. (Juariah,
2012).
Kata
“entek” dalam bahasa Madura memiliki arti “sudah habis”, sehingga karena faktor
tidak memahami arti bahasa lain dapat menimbulkan kesalahfahaman. Hal ini dapat
diatasi dengan kita menanyakan langsung maksud dari perkataan lawan bicara kita
apabila tidak mengerti bahasa yang ia ucapkan.
2)
Logat dan Nada Bicara yang
Berbeda
Selain
itu juga tak jarang terjadi suatu kesalahfahaman dalam berkomunikasi pertama
kali, kesalahfahaman berkomunikasi juga dapat terjadi dikarenakan volume suara
keduanya, yang memiliki logat yang berbeda. Contohnya mahasiswa dari jawa barat
merasa kaget saat pertama berkomunikasi dengan mahasiswa dari Jember dari segi
bahasa yang memiliki banyak perbedaan. Contoknya Panji yang merupakan mahasiswa
dari Jawa Barat yang belum mengerti bahasa orang Jember. Orang Jember memiliki
nada bicara yang keras. Saat panji berbicara dengan teman kosnya yang merupakan
orang Jember, Panji mengira dia sedang marah sehingga panji menanggapinya dengan
emosi. Ternyata logat bicara Deni memang seperti itu karena dia orang madura.
Cara saya berkomunikasi memang seperti ini, karena di daerah saya sudah
terbiasa menggunakan bahasa madura dengan logat yang agak sedikit kasar. Tapi
pada kenyataannya saya sebenarnya tidak marah, hanya ngobrol biasa. (Juariah,
2012)
3)
Perbedaan Penafsiran Kosakata
Perbedaan
penafsiran kosa kata dalam bahasa yang berbeda pun dapat menimbulkan
kesalahpahaman, sebagai contoh mahasiswa banyuwangi yang sedang berbicara
dengan temannya yang berasal dari madura.
“Waktu
itu saya sedang ngobrol dengan teman saya satu kos yang berasal dari madura dia
berkata “Sudahlah saya mau pergi aja, marah-marah!” Ia bicara dengan nada
keras. Saya langung berdiri dan bilang kepada teman saya. “Siapa yang lagi
marah?!” Kemudian dia tertawa dan menjelaskan kepada saya bahwa kata marah yang
dia maksud adalah sebuah kata ajakan” (Juariah, 2012).
Kata
Marah-marah dalam bahasa Madura merupakan kalimat ajakan, jadi maksud dari
mahasiswa Madura adalah mengajak mahasiswa dari banyuwangi untuk pergi sejenak
karena suntuk saat mengerjakan tugas kelompok, namun ia berbicara dengan nada
yang tinggi, jadi menimbulkan penafsiran yang keliru dari mahasiswa Banyuwangi,
karena Mahasiswa Banyuwangi mengira Mahasiswa Madura memilih ingin pergi karna
mahasiswa dari Banyuwangi sudah marah-marah.
Menjadi
Bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya memang menjadi sebuah keunikan
tersendiri, oleh sebab itu keanekaragaman harus diimbangi dengan sikap
toleransi yang tinggi, komunikasi yang baik, dan juga persatuan yang harmonis,
agar keanegaragaman tersebut tidak menimbulkan perpecahan.
E. Berikut Ini Merupakan Cara Berkomunikasi yang Baik Agar Tidak
Terjadi Kesalahpahaman dalam berkomunikasi antar suku:
1)
Menjaga perilaku kita agar
tetap terbuka dalam berkomunikasi, apabila terdapat permasalahan segera dikomunikasikan.
2)
Apabila terdapat kendala
dalam penggunaan bahasa yang beranekaragam, kita dapat menggunakan bahasa
Indonesia.
3)
Jangan bercakap-cakap
menggunakan bahasa daerah jika ada teman kita yang tidak mengerti maksud dari
percakapan tersebut. Karena kita harus menghormati orang lain dalam
berkomunikasi.
4)
Berusaha Saling memahami
perbedaan karakter dan sifat masing-masing daerah.
5)
Tidak saling melecehkan
atau menjelek-jelekkan kebudayaan dari daerah lain.
6)
Saling mendekatkan diri
dan mengakrabkan diri tanpa memandang perbedaan suku dan daerah.
Ø Siswa akan diberi kesempatan untuk memutar video keragaman suku dan
konflik suku di indonesia selama 20 menit
Ø Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi menyatakan pikiran dan
gagasan selama 15 menit
DAFTAR
PUSTAKA
Charlie
Supangat .2018. 5 Konflik Rusuh Indonesia yang Bikin Seluruh Warga Takut
Keluar Rumah. Tersedia di
https://keepo.me/zodiak/5-konflik-rusuh-di-indonesia-yang-bikin-seluruh-warga-takut-keluar-rumah/
Editor :Charlie Supangat
Juariah,
2012. Miskomunikasi Antarbudaya Mahasiswa Padang di Kabupaten Jember
Netral
News. 2017. Di Indonesia ada 1.340 Suku Bangsa dan 300 Kelompok Etnik.
Tersedia di: https://www.netralnews.com/news/rsn/read/71459/di.indonesia.ada.1340.suku.bangsa.dan.300.kelompok.etnik
Prayudi.
2004. Akar Masalah Penyebab Konflik Etnis dan Alternatif Penyelesaiannya.
Jurnal Ketahanan Nasional, IX (3).
Utami.2010.
Resolusi Konflik Antar Etnis Kabupaten Lampung Selatan. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.
Tanasaldy,
Taufiq. 2007. “Politik Identitas Etnis di Kalimantan Barat”. Politik Lokal di
Indonesia (editor: Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klinken) dibantu oleh
Ireen Karang-Hooggenboom, hlm. 461-490. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia-KITLV.
Berita
satu.2019. Pemda Hitung Kerugian Akibat Kerusuhan. Tersedia di : https://www.beritasatu.com/nasional/80553/pemda-hitung-kerugian-akibat-kerusuhan-lampung-selatan
Ismkompas.2019.
Bali Nuraga di Lampung. Tersedia di : https://lsmkompas.home.blog/2019/08/05/bali-nuraga-di-lampung/
No comments:
Post a Comment