Wednesday, May 23, 2018

TEKTONIK DARATAN SUNDA (dari buku struktur geologi Indonesia)




BAB 3 TEKTONIK DARATAN SUNDA


Sumber Gambar : http://suarageologi.blogspot.co.id



TEKTONIK DARATAN SUNDA

Pengertian dan definisi Daripada daratan sunda secara fisiografis, yang dimaksud dengan daratan sunda, adalah paparan sunda (sunda shelf) beserta daratan-daratan yang berada di sekitarnya, yaitu:
Semenanjunhg Malaya
Pesisir Timur sumatra
Pulau-pulau timah Indonesia, termasuk riau dan lingga
Kalimantan Barat dan Serawak Barat

Perkembangan tektonik dari daratan sunda dapat diungkapkan dengan cara mempelajari tatanan geologi dari pulau-pulau yang dianggap sebagai bagian daro daratan sunda tadi atau sekarang “LEMPENG MIKRO SUNDA”.
Geologi dan geofisik dari daerah ini telah banyak diberikan oleh BEN AV RAHAM & EMERY (1973). Disebelah timur semenanjung Malaysia, pantai ini terdiri dari batuan metasedimen ynag berumur kapur dan lebih tua lagi yang diterobos oleh batuan granit dan ditutupi oleh selaput tipis sedimen Kwarter(300M).
Kepulauan anambas, terdiri dari batuan granit dan gabro pra granot, andesit dan diabas dan batuan sedimen klastis yang termalihkan.
Dengan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan regional BEN AVRAHAM & UYEDA (1973), berkesimpulan bahwa jalur subduksi itu menyusup ke utara.


3.1       GEOLOGI PULAU BANGKA

Pulau bangka umumnya merupakan daerah yang hampir rata (bentuk peneplain), sedangkan bukit-bukit yang menonjol umumnya merupakan batuan beku yang ditembusi oleh urat-urat dan retas kwarsa.
Jenis-jenis batuan yang terdapat diantaranya:
Metasedimen
Terdiri dari campuran batuan sedimen dan malihan. Batuan metasedimennya didominasi oleh sekis, filit dan serpih hitam. Selain itu meskipun dalam jumlah yang sedikit dan merupakan bentuk-bentuk lensa dijumpai juga serpentinit dan batu gamping, rijang
Batuan Granit
Merupakan bagian dari granit kiabat yang berumur 217 juta tahun berdasarkan metoda Sr. Rb.


3.2 KONSEP-KONSEP EKTONIK MENGENAI PERKEMBANGAN DARATAN SUNDA

3.2.1    Konsep Tektonik Pertumbuhan Jalur Subduksi

Katili (1974) menjelaskan sejarah perkembangan tektonik dari indonesia berdasarkan model tektonik lempeng , dengan cara mengenal kembali lokasi-lokasi daripada jalur-jalur subduksi dan daerah-daerah yang mempunyai kegiatan magma kalkalin. Busur kepulauan Indonesia dilihatnya sebagai hasil interaksi antara tiga unsur kerak, yakni lempeng samudra hindia, australia, pasifik, dan lempeng eurasia.

Batas lempeng pada saat ini untuk indonesia bagian barat adalah suatu Palung dan sesar mendatar di sebelah barat sumatra, tetapi di selatan P.Jawa merupakan jenis palung (katili 1972). Jaluur subduksi Tersier muncul diatas permukaan atau mendekati permukaan di barat P.Sumatra (daerah kepulauan mentawai), dan berupa punggungan bawah laut di selatan pulau Jawa.
Dengan demikian didasarkan kepada konsep tektonik lempeng Katili menjelaskan sejarah perkembangan tektonik dari indonesia barat atau sekarANG Lempeng Sunda itu sebagai berikut:

Pada zaman Perm, suatu jalur Subduksi yang menyusup kearah timur laut kebawah benua Asia terdapat di sumatra bagian barat. Gejala tektonik ini menghasilkan volkanisma berkomposisi andesitis dan intrusi-intrusi granit di sumatra. Granit pluton di sumatra yang berumur 247 dan 276 hanya dijumpai selama batuan dasar dari pada cekungan tersier, didapat dari pemboran eksplorasi minyak.

Pada saat yang sama juga diduga terdapat suatu jalur prnyusupan lempeng yang miring kearah barat daya suatu jalur penyusupan lempeng yang miring kearah barat daya dan terletak di kalimantan barat dan malaysia barat. Sebagai bukti adanya jalur subduksi itu. Penyerta daripada gejala subduksi adalah batuan Andesit, basaltis, dangranit yang dijumpai di malaysia barat dan kalimantan barat, sebagai produk dari pada busur magmanya.

Pada zaman Trias, jura, jalur subduksinya bergeser ke arah Samudra Hindia. Jalur BENIOFFnya miring ke arah kontinen dan diperkirakan letaknya lebih dangkal. Suatu jalur penyusupan lainnya yang mirig kearah yang berlawanan yang juga terjadi pada saat yang sama, mungkin berkembang di sepanjang Jalur Lupar di serawak (Hutchison, 1973) yang sekaligus menunjukkan adanya migrasi daripada jalur penyusupan lempeng ke Timur laut ke arah Laut Cina.

3.2.2    Konsep Tektonik Penyatuan dan Pemisahan

Lempeng –Lempeng Mikro
Dengan semakin banyaknya data dan konsep baru maka sekarag ini banyak yang beranggapan bahwa Daratan Sunda itu bukan merupakan suatu kesatuan, tetapi terdiri dari suatu komplek yang berupa pola MOSAIK dari beberapa LEMPENG MIKRO yang saling bergerak satu terhadap lainnya

3.2.3    Pengertian Lempeng Mikro (Pulunggono dan Cameron)

Lempeng mikro didefinisikan sebagai bagian yang terpisah dari lempeng –lempeng utama yakni suatu mintakat (terrain) yang secara regional bersifat homogen yang dipisah-pisahkan oleh sesar-sesar besar yang memotong hingga dasar litosfer.
Mereka itu mempunyai:
      1)      Sejarah perkembangan yang berbeda hingga setelah mereka disatukan melalui jalur-jalur Sulture
      2)      Sejarah perkembangan yang sama. Sampai mereka terpisah melalui gejala RIFTING
     3)    Secara umum mempunyai sejarah perkembangan yang berbeda selama mengalami perpisahan       yang singkat.

Sekarang ini semakin banyak indikasi dan bukti –bukti bahwasannya paling tidak sebagian lempeng mikro yang membangun daratan sunda itu berasal dari GONDWANA, akibat serentetan pemisahan-pemisahan dan mungkin jugs melalui gerak sesar transform

3.2.4    Lempeng Mikro Mergui
Ciri-ciri geologi (Cameron 1980) berdasarkan pemetaan geologi yang dilakukan di sumatra utara. Berhasil mengenal adanya beberapa koponen yang membentuk kompponen Blok Malaya barat, dimana yang terbesar diantaranya Lempeng Mikro benua Mergui.

3.2.5    Batuan Premokarbon Tapanuli Group
Terdiri dari 3 saluran batuan dimana paling menyolok adalah formasi masi bahorok yangterdiri dari PEBBLY mudstone. Cameron dkk(1980)
      a.       Formasi Bahorok
Formasi ini terdiri dari breksi konglomerat yang tidak berlapis dan lazim disebut PEBBLY mudstone.
Sifat komponennya:
Sebangular hingga membulat, dengan garis tengah yang khas adalah antara 1 M hingga 5 Cm, tetapi ada juga yang 75 cm. Juga menunjukkan bahwa sumbernya adalah benua, yang adanya urat-urat kwarsa, argili dan batu pasir dengan sedikit sekali gamoing, sekismika dan geneis.  
     b.      Formasi Keluet
Terdiri dari urat-uratan yang tebal terutama batu pasir kwarsa dan batu lempung dan batu lanau.
     c.       Formasi Alas
Formasi ini menutupi formasi keluet dan terutama terdiri dari batuan yang sama juga, tetapi dengan jumlah batu gamping yang lebih banyak lagi
3.3       KORELASI REGIONAL
Terdapat kesamaan litologi antara Formasi Bahorok dan Kluet dengan Kelompok Phuket di Thailand Selatan dan Formasi singa dan Kubang pasu di perilis dan P. Lengkawi
Agaknya kecil sekali untuk diragukan bahwa sumatra Timur dan Tengah. Thailand selatan dan Malaysia barat laut termasuk dalam satu lempeng litodfir, paling tidak Karbon Akhir, yang disini disebit sebagai LEMPENG MERGUI.
3.4       KESIMPULAN
Pada saat diendapkannya formasi alas, chuping danRat Beri, lempeng MERGUI mungkin telah terpisah dari Gondwana dan bergeser ke utara ke arah lintang subtropis.
      A.    Batuan Perm Kelompok Peusangan
Cameron membagi menjada 2 satuan batuan, yaitu:
1.      Asosiasi batuan gunung api yang berumur Perm
2.      Satuan batu gamping terumbu 
       B.     Kelompok Satuan Batuan Mutus
Kelompok natuan ini untuk pertama kalinya dikenal dan dikemukakan oleh EUBANK dan MAKKI (1981), dari Cekungan Sumatra tengah berdasarkan data bawah permukaan (pemboran).satuan batuan ini merupakan pemisah dengan arah u. Barat laut. S.tenggara, antara Lempeng Mikro Mergui di sebelah barat dengan Lempeng Mikro Malaka desebelah timurnya. Satuan ini terdiri dari batuan dengan ciri-ciri Formasi Kualu dengan argilit, serpihan merah, basalt, dan di barat tufa. Disamping itu juga hadir sekis, serisit, khlorit. Umur daripada satuan batuan ini ditafsirkan trias, yang didasarkan kepada K.AR yakni 222 Ma pada tufa dari lapangan Diri, dan juga ada kesamaan dengan formasi Kuala (PULUNGGO dan CAMERON 1984)
      C.     Pembentukan Satuan Mutus
Dengan menganggap Komplek Mutus ini sebagai produk daripada Back Arc rifting dan Volkanisma. Penyimpangan dari segi geologi disini, adalah bahwa dengan demikian, maka harus ada sesar-sesar mendatar yang memotong jalur ini, yang terjadi sebelum maupun sesudah terjadinya penyatuan.

3.4.1    Lempeng Mikro Malaka
Data yang berkaitan dengan lempeng ini di sumatra uumnya sangat sedikit diketahui, karena hampir seluruhnya dijumpai di bawah permukaan. Urut-urut batuan sebelum terjadinya penyatuan dengan lempeng MERGUI adalah:
Didominasi oleh kwarsit, batu sabak, dan filit oleh EUBANK dan MAKKI (1981) dinamakan QUARTZITE TERRAIN, dan oleh PULUNGGONO “QUARTZITE PHYLLITE TERRAIN”.
Mengingat batuan yang terbentuk setelah penyatuan itu tidak mengalami metamorfisma, maka urutan-urutan batuan tersebut tidak mungkin lebih muda dari trias.
3.4.2    Granit Yang Menyertai Proses Tumbukan
Suatu jalur yang dikenal sebagai granit pembawa timah, dapat diikuti mulai dari Malayan Main Range Granites sampai ke antara P. Kundur dan Kepulauan Belitung di selatan.
3.4.3    Garis Raub-Bentong
Garis yang dimulai dari bagian tengah malaysia barat ini, merupakan batas antara Lempeng Mikro Malaya Timur dan Lempeng Mikro Malaka. Garis batas ini dapat diikuti le Indonesia dan letak nya antara Kundur dan kepulauan Karimun melalui bagian tengah P. Singkep. Batas tersebut dapat dikenali dengan adanya Mata gabro, dan sekis hornblende yang tergabung dalam kompleks Merak.
       A.    Mintakat Woyla
Dibagian utara sumatra mintakat ini dapat dibagi men jadi:
1)      Asosiasi batuan busur mintakat ini terumbu dan turbidit
2)      Satuan batuan ofiolit yang terpisah pisah
Kumpulan batu tersebut juga dijumpai di bagian selatan garis khatulistiwa yakni di pegunungan Qumai (PULUNGGONO1983)
Umur yang pasti dari kelompok WOYLA ini belum diketahui. Dibeberapa tempat ditemukan jenis-jenis fauna yang tidak khas yang berumur jura Akhir.

No comments:

Post a Comment

loading...