BAB
3 TEKTONIK DARATAN SUNDA
Sumber Gambar : http://suarageologi.blogspot.co.id
TEKTONIK
DARATAN SUNDA
Pengertian
dan definisi Daripada daratan sunda secara fisiografis, yang dimaksud dengan
daratan sunda, adalah paparan sunda (sunda shelf) beserta daratan-daratan yang
berada di sekitarnya, yaitu:
Semenanjunhg Malaya
Pesisir Timur sumatra
Pulau-pulau timah
Indonesia, termasuk riau dan lingga
Kalimantan Barat dan
Serawak Barat
Perkembangan tektonik
dari daratan sunda dapat diungkapkan dengan cara mempelajari tatanan geologi
dari pulau-pulau yang dianggap sebagai bagian daro daratan sunda tadi atau
sekarang “LEMPENG MIKRO SUNDA”.
Geologi dan geofisik
dari daerah ini telah banyak diberikan oleh BEN AV RAHAM & EMERY (1973).
Disebelah timur semenanjung Malaysia, pantai ini terdiri dari batuan
metasedimen ynag berumur kapur dan lebih tua lagi yang diterobos oleh batuan
granit dan ditutupi oleh selaput tipis sedimen Kwarter(300M).
Kepulauan anambas,
terdiri dari batuan granit dan gabro pra granot, andesit dan diabas dan batuan
sedimen klastis yang termalihkan.
Dengan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan regional BEN AVRAHAM & UYEDA (1973),
berkesimpulan bahwa jalur subduksi itu menyusup ke utara.
3.1
GEOLOGI PULAU BANGKA
Pulau
bangka umumnya merupakan daerah yang hampir rata (bentuk peneplain), sedangkan
bukit-bukit yang menonjol umumnya merupakan batuan beku yang ditembusi oleh
urat-urat dan retas kwarsa.
Jenis-jenis batuan yang
terdapat diantaranya:
Metasedimen
Terdiri dari campuran
batuan sedimen dan malihan. Batuan metasedimennya didominasi oleh sekis, filit
dan serpih hitam. Selain itu meskipun dalam jumlah yang sedikit dan merupakan
bentuk-bentuk lensa dijumpai juga serpentinit dan batu gamping, rijang
Batuan Granit
Merupakan bagian dari
granit kiabat yang berumur 217 juta tahun berdasarkan metoda Sr. Rb.
3.2
KONSEP-KONSEP EKTONIK MENGENAI PERKEMBANGAN DARATAN SUNDA
3.2.1 Konsep Tektonik Pertumbuhan Jalur Subduksi
Katili
(1974) menjelaskan sejarah perkembangan tektonik dari indonesia berdasarkan
model tektonik lempeng , dengan cara mengenal kembali lokasi-lokasi daripada
jalur-jalur subduksi dan daerah-daerah yang mempunyai kegiatan magma kalkalin.
Busur kepulauan Indonesia dilihatnya sebagai hasil interaksi antara tiga unsur
kerak, yakni lempeng samudra hindia, australia, pasifik, dan lempeng eurasia.
Batas
lempeng pada saat ini untuk indonesia bagian barat adalah suatu Palung dan
sesar mendatar di sebelah barat sumatra, tetapi di selatan P.Jawa merupakan
jenis palung (katili 1972). Jaluur subduksi Tersier muncul diatas permukaan
atau mendekati permukaan di barat P.Sumatra (daerah kepulauan mentawai), dan
berupa punggungan bawah laut di selatan pulau Jawa.
Dengan demikian
didasarkan kepada konsep tektonik lempeng Katili menjelaskan sejarah
perkembangan tektonik dari indonesia barat atau sekarANG Lempeng Sunda itu
sebagai berikut:
Pada
zaman Perm, suatu jalur Subduksi yang menyusup kearah timur laut kebawah benua
Asia terdapat di sumatra bagian barat. Gejala tektonik ini menghasilkan
volkanisma berkomposisi andesitis dan intrusi-intrusi granit di sumatra. Granit
pluton di sumatra yang berumur 247 dan 276 hanya dijumpai selama batuan dasar
dari pada cekungan tersier, didapat dari pemboran eksplorasi minyak.
Pada
saat yang sama juga diduga terdapat suatu jalur prnyusupan lempeng yang miring
kearah barat daya suatu jalur penyusupan lempeng yang miring kearah barat daya
dan terletak di kalimantan barat dan malaysia barat. Sebagai bukti adanya jalur
subduksi itu. Penyerta daripada gejala subduksi adalah batuan Andesit,
basaltis, dangranit yang dijumpai di malaysia barat dan kalimantan barat,
sebagai produk dari pada busur magmanya.
Pada zaman Trias, jura,
jalur subduksinya bergeser ke arah Samudra Hindia. Jalur BENIOFFnya miring ke
arah kontinen dan diperkirakan letaknya lebih dangkal. Suatu jalur penyusupan
lainnya yang mirig kearah yang berlawanan yang juga terjadi pada saat yang sama,
mungkin berkembang di sepanjang Jalur Lupar di serawak (Hutchison, 1973) yang
sekaligus menunjukkan adanya migrasi daripada jalur penyusupan lempeng ke Timur
laut ke arah Laut Cina.
3.2.2 Konsep Tektonik Penyatuan dan Pemisahan
Lempeng
–Lempeng Mikro
Dengan semakin
banyaknya data dan konsep baru maka sekarag ini banyak yang beranggapan bahwa
Daratan Sunda itu bukan merupakan suatu kesatuan, tetapi terdiri dari suatu
komplek yang berupa pola MOSAIK dari beberapa LEMPENG MIKRO yang saling
bergerak satu terhadap lainnya
3.2.3 Pengertian Lempeng Mikro (Pulunggono dan
Cameron)
Lempeng
mikro didefinisikan sebagai bagian yang terpisah dari lempeng –lempeng utama
yakni suatu mintakat (terrain) yang secara regional bersifat homogen yang
dipisah-pisahkan oleh sesar-sesar besar yang memotong hingga dasar litosfer.
Mereka itu mempunyai:
1) Sejarah perkembangan yang berbeda hingga
setelah mereka disatukan melalui jalur-jalur Sulture
2) Sejarah perkembangan yang sama. Sampai
mereka terpisah melalui gejala RIFTING
3) Secara umum mempunyai sejarah
perkembangan yang berbeda selama mengalami perpisahan yang singkat.
Sekarang ini semakin
banyak indikasi dan bukti –bukti bahwasannya paling tidak sebagian lempeng
mikro yang membangun daratan sunda itu berasal dari GONDWANA, akibat serentetan
pemisahan-pemisahan dan mungkin jugs melalui gerak sesar transform
3.2.4 Lempeng Mikro Mergui
Ciri-ciri
geologi (Cameron 1980) berdasarkan pemetaan geologi yang dilakukan di sumatra
utara. Berhasil mengenal adanya beberapa koponen yang membentuk kompponen Blok
Malaya barat, dimana yang terbesar diantaranya Lempeng Mikro benua Mergui.
3.2.5 Batuan Premokarbon Tapanuli Group
Terdiri
dari 3 saluran batuan dimana paling menyolok adalah formasi masi bahorok
yangterdiri dari PEBBLY mudstone. Cameron dkk(1980)
a. Formasi Bahorok
Formasi ini terdiri
dari breksi konglomerat yang tidak berlapis dan lazim disebut PEBBLY mudstone.
Sifat
komponennya:
Sebangular hingga
membulat, dengan garis tengah yang khas adalah antara 1 M hingga 5 Cm, tetapi
ada juga yang 75 cm. Juga menunjukkan bahwa sumbernya adalah benua, yang adanya
urat-urat kwarsa, argili dan batu pasir dengan sedikit sekali gamoing,
sekismika dan geneis.
b. Formasi Keluet
Terdiri dari
urat-uratan yang tebal terutama batu pasir kwarsa dan batu lempung dan batu
lanau.
c. Formasi Alas
Formasi ini menutupi
formasi keluet dan terutama terdiri dari batuan yang sama juga, tetapi dengan
jumlah batu gamping yang lebih banyak lagi
3.3 KORELASI REGIONAL
Terdapat
kesamaan litologi antara Formasi Bahorok dan Kluet dengan Kelompok Phuket di
Thailand Selatan dan Formasi singa dan Kubang pasu di perilis dan P. Lengkawi
Agaknya
kecil sekali untuk diragukan bahwa sumatra Timur dan Tengah. Thailand selatan
dan Malaysia barat laut termasuk dalam satu lempeng litodfir, paling tidak
Karbon Akhir, yang disini disebit sebagai LEMPENG MERGUI.
3.4 KESIMPULAN
Pada
saat diendapkannya formasi alas, chuping danRat Beri, lempeng MERGUI mungkin
telah terpisah dari Gondwana dan bergeser ke utara ke arah lintang subtropis.
A. Batuan Perm Kelompok Peusangan
Cameron membagi menjada 2 satuan
batuan, yaitu:
1. Asosiasi batuan gunung api yang berumur
Perm
2. Satuan batu gamping terumbu
B. Kelompok Satuan Batuan Mutus
Kelompok natuan ini untuk pertama
kalinya dikenal dan dikemukakan oleh EUBANK dan MAKKI (1981), dari Cekungan
Sumatra tengah berdasarkan data bawah permukaan (pemboran).satuan batuan ini
merupakan pemisah dengan arah u. Barat laut. S.tenggara, antara Lempeng Mikro
Mergui di sebelah barat dengan Lempeng Mikro Malaka desebelah timurnya. Satuan
ini terdiri dari batuan dengan ciri-ciri Formasi Kualu dengan argilit, serpihan
merah, basalt, dan di barat tufa. Disamping itu juga hadir sekis, serisit,
khlorit. Umur daripada satuan batuan ini ditafsirkan trias, yang didasarkan
kepada K.AR yakni 222 Ma pada tufa dari lapangan Diri, dan juga ada kesamaan
dengan formasi Kuala (PULUNGGO dan CAMERON 1984)
C. Pembentukan Satuan Mutus
Dengan menganggap Komplek Mutus ini
sebagai produk daripada Back Arc rifting dan Volkanisma. Penyimpangan dari segi
geologi disini, adalah bahwa dengan demikian, maka harus ada sesar-sesar
mendatar yang memotong jalur ini, yang terjadi sebelum maupun sesudah
terjadinya penyatuan.
3.4.1 Lempeng Mikro Malaka
Data
yang berkaitan dengan lempeng ini di sumatra uumnya sangat sedikit diketahui,
karena hampir seluruhnya dijumpai di bawah permukaan. Urut-urut batuan sebelum
terjadinya penyatuan dengan lempeng MERGUI adalah:
Didominasi
oleh kwarsit, batu sabak, dan filit oleh EUBANK dan MAKKI (1981) dinamakan
QUARTZITE TERRAIN, dan oleh PULUNGGONO “QUARTZITE PHYLLITE TERRAIN”.
Mengingat
batuan yang terbentuk setelah penyatuan itu tidak mengalami metamorfisma, maka
urutan-urutan batuan tersebut tidak mungkin lebih muda dari trias.
3.4.2
Granit Yang Menyertai Proses Tumbukan
Suatu
jalur yang dikenal sebagai granit pembawa timah, dapat diikuti mulai dari
Malayan Main Range Granites sampai ke antara P. Kundur dan Kepulauan Belitung
di selatan.
3.4.3
Garis Raub-Bentong
Garis
yang dimulai dari bagian tengah malaysia barat ini, merupakan batas antara
Lempeng Mikro Malaya Timur dan Lempeng Mikro Malaka. Garis batas ini dapat
diikuti le Indonesia dan letak nya antara Kundur dan kepulauan Karimun melalui
bagian tengah P. Singkep. Batas tersebut dapat dikenali dengan adanya Mata
gabro, dan sekis hornblende yang tergabung dalam kompleks Merak.
A. Mintakat Woyla
Dibagian utara sumatra mintakat ini
dapat dibagi men jadi:
1) Asosiasi batuan busur mintakat ini
terumbu dan turbidit
2) Satuan batuan ofiolit yang terpisah
pisah
Kumpulan batu tersebut
juga dijumpai di bagian selatan garis khatulistiwa yakni di pegunungan Qumai
(PULUNGGONO1983)
Umur yang pasti dari
kelompok WOYLA ini belum diketahui. Dibeberapa tempat ditemukan jenis-jenis
fauna yang tidak khas yang berumur jura Akhir.
No comments:
Post a Comment