2.4. KEBUDAYAAN
Seorang penari mempersembahkan
tarian Ulek
Mayang, sebuah persembahan tarian dari Terengganu,
Malaysia.
Budaya Malaysia merujuk kepada
kebudayaan semua masyarakat majemuk yang terdapat di Malaysia dan berbagai suku di sana, seperti:
- Kebudayaan Melayu
- Kebudayaan Tionghoa
- Kebudayaan India
- Kebudayaan Kadazan-Dusun
- Kebudayaan Dayak, Iban, Kayan, Kenyah, Murut, Lun Bawang, Kelabit, dan Bidayuh.
Kelompok Etnik DiMalaysia Berdasar Wilayah
Malaysia adalah masyarakat
multi-suku, multi-budaya, dan multi-bahasa. Penduduk pada Februari 2007 adalah
26,6 juta terdiri dari 62% Bumiputera (termasuk Melayu), 24% Tionghoa, 8%
India, dengan sedikit minoritas dan suku asli (Departemen Statistik Malaysia).
Tegangan kesukuan terjadi tahun 2008.
Tarian Zapin
Suku Melayu, kelompok terbesar,
didefinisi sebagai Muslim di dalam Konstitusi Malaysia. Suku Melayu memainkan
peran dominan secara politis dan digolongkan sebagai salah satu bumiputra.
Bahasa aslinya adalah Bahasa Melayu, dan dijadikan bahasa nasional
Malaysia.
Di masa silam, Suku Melayu
menulis di dalam bahasa Sanskerta atau menggunakan alfabet berbasis bahasa
Sanskerta. Setelah abad ke-15, tulisan Jawi (berbasis bahasa
Arab) menjadi popular. Tidak lama kemudian, tulisan romawimengambil
alih peran Sanskerta dan Jawi sebagai tulisan dominan. Ini umumnya dikarenakan
pengaruh sistem pendidikan kolonial, yang mengajari anak-anak tulisan romawi
daripada tulisan Arab.
Suku asli non-Melayu terbesar
adalah Iban dari
Sarawak, yang jumlahnya melebihi 600.000 jiwa. Beberapa Suku Iban masih menetap
di perkampungan hutan tradisional di dalam rumah panjang di sepanjang
Sungai Rajang dan Lupar dan daerah aliran mereka, kendati banyak dari Suku Iban
pindah ke kota. Suku Bidayuh, berjumlah kira-kira 170.000 jiwa, berpusat di barat
daya Sarawak. Suku asli terbesar di Sabah adalah Kadazan. Mereka
umumnya petani yang menganut Kristen. 140.000 Orang Asli,
atau aborigin, terdiri dari sejumlah komunitas suku yang berbeda-beda yang
menetap di Malaysia Barat. Biasanya menjadi pemburu, peladang berpindah, dan
petani, banyak dari mereka kemudian menetap dan sebagiannya berbaur ke dalam
Malaysia modern.
Kaum Tionghoa di Malaysia
umumnya menganut Buddha
(dari sekte Mahayana)
atau juga menganut Tao.
Tionghoa di Malaysia mampu berbicara di dalam beberapa dialek bahasa Tionghoa,
termasuk Mandarin,
Hokkien, Kanton, Hakka, dan Teochew.
Majoritas Tionghoa di Malaysia, terkhusus mereka dari kota-kota besar semisal
Kuala Lumpur, Petaling Jaya, dan Penang mampu berbahasa Inggris pula. Terdapat
pula sejumlah Tionghoa yang semakin bertambah generasi Tionghoa baru yang
memandang bahasa Inggris sebagai bahasa ibu mereka. Tionghoa di Malaysia
berdasarkan sejarah telah menjadi dominan di dalam komunitas perdagangan
Malaysia.
Suku India-Malaysia utamanya Tamil Hindu dari
India selatan yang bahasa aslinya adalah bahasa Tamil, juga ada komunitas India
yang berbahasa Telugu, Malayalam,
dan Hindi, menetap
terutama di kota-kota besar di pesisir barat semenanjung. Banyak kalangan India
menengah-atas di Malaysia juga berbahasa Inggris sebagai bahasa ibu. Sejumlah
komunitas Tamil Muslim dengan 200.000 jiwa juga tumbuh sebagai kelompok
sub-budaya yang mandiri. Juga terdapat komunitas Tamil Kristen di kota-kota
besar. Juga ada komunitas Sikh di Malaysia melebihi 83.000 jiwa. Sebagian besar
India-Malaysia mulanya bermigrasi dari India sebagai pedagang, guru, atau tenaga ahli
lainnya. Sejumlah besar juga bagian dari kaum migran paksaan dari India oleh
pihak Britania semasa zaman kolonial untuk bekerja di industri penanaman.
Orang Eurasia, Kamboja,
Vietnam, Thai, Bugis, Jawa, dan suku-suku asli ikut memperkaya keanekaan
penduduk Malaysia. Sejumlah kecil orang Eurasia, campuran Portugis dan Melayu,
berbahasa kreol berbasis-bahasa Portugis, disebut bahasa Kristang. Juga
terdapat orang Eurasia campuran Filipino dan Spanyol, terutama di Sabah. Diturunkan
dari kaum imigran dari Filipina, beberapa di antaranya berbahasa Chavacano, satu-satunya bahasa
kreol berbasis-bahasa Spanyol di Asia. Orang Kamboja dan
Vietnam terutama pemeluk Buddha (Kamboja: sekte Theravada,
Vietnamese: sekte Mahayana). Orang Thai-Malaysia adalah kelompok besar di
negara-negara bagian Perlis, Kedah, Penang, Perak, Kelantan, dan Terengganu. Di
samping berbahasa Thai, sebagian besar mereka menganut Buddha, merayakan
Songkran (festival air) dan dapat berbahasa Hokkien tetapi sebagian dari mereka
adalah Muslim dan berbahasa Melayu dialek Kelantan. Orang Bugis dan Jawa
menjadi bagian penduduk di Johor. Sebagai tambahan, ada juga banyak orang asing dan ekspatriat
yang menjadikan Malaysia sebagai rumah kedua mereka, juga berkontribusi menjadi
penduduk Malaysia.
Tionghoa dan Islam sangat
memengaruhi musik tradisional Malaysia. Musik itu terutama didasarkan pada
gendang (drum), tetapi melibatkan alat tabuh lain (beberapa di antaranya
bercangkang); rebab,
alat berdawai sejenis biola;
serunai, alat
tiup sejenis oboe
dengan dua buluh; suling, dan trompet. Negara
ini memiliki tradisi kuat di dalam hal tari dan sendratari,
beberapa berasal dari Thai, India, dan Portugis. Baru-baru ini, dikir barat mulai
memasyarakat, dan pemerintah mulai mempromosikannya sebagai ikon budaya
nasional. Bentuk artistik lainnya juga dipengaruhi oleh tetangganya, Indonesia,
termasuk wayang kulit (teater boneka berbayangan), pencak
silat (seni beladiri), dan kerajinan seperti batik, anyam-tenun,
termasuk pakaian upacara pua kumbu, dan perak dan seni ukir kuningan.
No comments:
Post a Comment