Sunday, May 14, 2017

Membuat Peta Tentatif Bentuk Lahan Berdasarkan Citra Satelit

TUGAS PENGINDRAAN JAUH
(Membuat Peta Tentatif Bentuk Lahan Berdasarkan Citra Satelit)



Oleh:
HENI PRATIWI        1213034036







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

1.      Judul Praktikum      
Membuat Peta Tentatif Bentuk Lahan Berdasarkan Citra Satelit

2.      Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk dapat membuat peta tentatif bentuk lahan berdasarkan citra satelit

3.      Alat dan Bahan

3.1  Alat
Spidol OHP, kertas mika, isolasi, penggaris

3.2  Bahan
Citra Satelit

4.      Dasar Teori

Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi (Lindgren, 1985).

Menurut Liliesand dan Kiefer (1990), penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Karena tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan ‘didekati’ oleh si penafsir. Media ini berupa citra (image, atau gambar). Citra dapat diperoleh melalui perekaman fotografis, yaitu pemotretan dengan kamera; dan dapat pula diperoleh melalui perekaman nono-fotografis, misalnya dengan pemindai atau penyiam (scanner). Perekaman fotografis menghasilkan foto udara, sedangkan perekaman lain menghasilkan citra non-foto. Citra foto udara selalu berupa gambar tercetak yang diproduksi dari master rekaman yang berupa film. Citra non-foto biasanya terekam secara digital dalam format asli, dan memerlukan computer untuk interpretasinya.

Interpretasi foto dapat didefinisikan sebagai: "tindakan memeriksa gambar foto untuk tujuan mengidentifikasi objek dan menilai signifikansi mereka" (Colwell, 1997).

Pengertian Interpretasi Citra

Menurut Este dan Simonett (1975), interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk megidentifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tersebut.
Interpretasi ini meliputi :
1.  Deteksi
2.  Identifikasi
3.  Delineasi
4.  Analisis
5.  Sintesis
6.  Klasifikasi

Dari keenam hal tersebut ada tiga hal penting yang perlu dilakukan dalam proses interpretasi citra, yaitu deteksi, identifikasi dan analisis. Deteksi citra merupakan pengamatan tentang adanya suatu objek, misalkan pendeteksian objek di sebuah daerah dekat perairan. Identifikasi atau pengenalan merupakan upaya mencirikan objek yang telah dideteksi  dengan menggunkan keterangan yang cukup, misalnya mengidentifikasikan suatu objek berbentuk kotak sebagai tambak di sekitar perairan karena objek tersebut dekat dengan laut. Sedangkan analisis merupakan pengklasifikasian berdasarkan proses induksi dan deduksi, seperti penambahan informasi bahwa tambak tersebut merupakan tambak udang dan diklasifikasikan sebagai daerah pertambakan udang.

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital (Purwadhi, 2001). Interpretasi secara manual merupakan interpretasi data penginderaan jauh yang didasarkan pada pengenalan ciri atau karakteristik objek secara keruangan. Karakteristik objek dapat dikenali berdasarkan 9 unsur interpretasi yaitu bentuk, ukuran, pola, bayangan, rona atau warna, tekstur, situs, asosiasi dan konvergensi bukti. Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral, pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan (spasial) tertentu.

Unsur dasar interpretasi citra

Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur tersebut jika disusun secara hirarki menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti pada gambar di bawah ini :



Bentuk Lahan
Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul (genesa) dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan  (Zmit, 2013).

Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan. Adapun satuan bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).

Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya), bentuk lahan dapat dibedakan menjadi :
• Bentuk asal struktural
• Bentuk asal vulkanik
• Bentuk asal fluvial
• Bentuk asal marine
• Bentuk asal pelarutan karst
• Bentuk asal Aeolen / Glasial
• Bentuk asal denudasional 

Bentuk Lahan Asal Struktural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh control struktural. 

Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan structural horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan structural masih dapat dikenali, jika penyebaran structural geologinya dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya.

Bentuk Lahan Asal Vulkanik
Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan vulkanik. Umumnya suatu bentuk lahan vulkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api lebih ditekankan pada aspek yang menyangkut aktivitas kegunungapian, seperti : kepundan, kerucut semburan, medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.

Bentuk Lahan Asal Fluvial
Bentukan asal fluvial berkaitan erat dengan aktifitas sungai dan air permukaan yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan jenis buangan pada daerah dataran rendah seperi lembah, ledok, dan dataran aluvial.
                       
Proses penimbunan bersifat meratakan pada daerah-daerah ledok, sehingga umumnya bentuk lahan asal fluvial mempunyai relief yang rata atau datar. Material penyusun satuan betuk lahan fluvial berupa hasil rombakan dan daerah perbukitan denudasional disekitarnya, berukuran halus sampai kasar, yang lazim disebut sebagai alluvial. Karena umumnya reliefnya datar dan litologi alluvial, maka kenampakan suatu bentuk lahan fluvial lebih ditekankan pada genesis yang berkaitan dengan kegiatan utama sungai yakni erosi, pengangkutan, dan penimbunan.

Bentuk Lahan Asal Marine

Aktivitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja.

Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.

Bentuk Lahan Asal Pelarutan (Karst)

Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. Menurut Jennings (1971), karst adalah suatu kawasan yang mempunyai karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak selalu pada Batugamping, meskipun hampir semua topografi karst tersusun oleh batu gamping.

Bentuk Lahan Asal Glasial

Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di Puncak Gunung Jaya Wijaya, Irian. Bentuk lahan asal glacial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.

Bentuk Lahan Asal Aeolean (Angin)

Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu (LOESS).

Bentuk Lahan Asal Denudasional

Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan. Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.






            Klasifikasi Bentuk Lahan

Bentukan Denudasional (D)
D1        Perbukitan terkikis
D2        Pegunungan terkikis
D3        Bukit sisa
D4        Bukit terisolasi
D5        Dataran nyaris
D6        Dataran nyaris yang terangkat
D7        Lereng kaki
D8        Pedimen (Permukaan transportasi)
D9        Pidmony (Disected D7)
D10      Gawir (Lereng terjal)
D11      Kipas rombakan lereng
D12      Daerah dengan gmb lebih kuat
D13      Lahan rusak
Bentukan struktural (S)
S1        Blok sesar
S2        Gawir sesar
S3        Pegunungan antiklinal
S4        Perbukitan antiklinal
S5        Perbukitan sinklinal
S6        Pegunungan sinklinal
S7        Perbukitan sinklinal
S8        Pegunungan monoklinal
S9        Perbukitan monoklinal
S10      Pegunungan dome
S11      Perbukitan Dome
S12      Dataran tinggi
S13      Cuesta
S14      Hogback
S15      Flat iron
S16      Lembah antiklinal
S17      Lembah sinklinal
S18      Lembah subsekwen
S19      Sembul (Horst)
S20      Graben
S21     Perbukitan lipatan kompleks

Bentukan Volkanik (V)
V1       Kepunden
V2       Kerucut vulkan
V3       Lereng atas vulkan
V4       Lereng tengah vulkan
V5       Lereng bawah vulkan
V6       Kaki vulkan
V7       Dataran kaki vulkan
V8       Dataran fluvial vulkan
V9       Padang lava
V10     Padang lahar
V11     Lelehan lava
V12     Aliran lava
V13     Dataran antar vulkan
V14     Dataran tinggi vulkan
V15     Planezes
V16     Padang abu, tuff, atau lapili
V17     Solfatar
V18     Fumarol
V19     Bukit vulkaan terdenidasi
V20     Leher vulkan
V21     Sumbat vulkan
V22     Kerucut parasiter
V23     Boka
V24     Dike
V25     Baranko
Bentukan Fluvial (F)
F1        Dataran aluvium
F2        Dasar sungai
F3        Danau
F4        Rawa
F5        Rawa Belakang
F6        Sungai mati
F7        Dataran banjir
F8        Tanggul alam
F9        Ledok fluvial
F10      Bekas dasar danau
F11      Hamparan celah
F12      Gosong lengkung dalam
F13      Gosong sungai
F14      Teras fluvial
F15      Kipas alluvium aktif
F16      Kipas alluvium tidak aktif
F17      Delta
F18      Igir delta
F19      Ledok delta
F20      Pantai delta
F21      Batuan delta

Bentukan Karst (K)
K1       Dataran tinggi karst
K2       Lereng dan perbukitan karst terkikis
K3       Kubah karst
K4       Bukit sisa batu gamping terisolasi
K5       Dataran alluvial karst
K6       Uvala, dolin
K7       Polje
K8       Lembah kering
K9       Ngarai karst


Spesifikasi penamaan dan warna dasar bentuk lahan

No.
Kode
Nama Bentuk Lahan Indonesia
Bentuk asal Marine (M) warna dasar Biru
1.
M1
Rataan oleh abrasi gelombang laut
2.
M2
Zona tebing pantai curam berbatu
3.
M3
Zona gisisk pantai
4.
M4
Gugusan beting pantai, gumuk pasir
5.
M5
Ledokan antar beting gisik
6.
M6
Gumuk –gumuk pasir aktif
7.
M7
Gumuk –gumuk pasir tidak aktif
8
M8
Rataan lumpur pasang –surut tak bervegetasi
9.
M9
Rataan pasang –surut bervegetasi
10.
M10
Dataran aluvial pantai terendah untuk tambak
11.
M11
Dataran aluvial pantai terendah untuk sawah
12.
M12
Teras marin abrasi/ Teras marin pengangkatan
13.
M13
Teras –teras marin/ Rataan marin terangkat
14.
M14
Karang atol
15.
M15
Karang
16.
M16
Rataan karang
17.
M17
Karang terangkat
18.
M18
Terumbu karang dengan rataan pasir koral
19.
M19
Laguna
Bentukan asal Fluvial Origin (F) warna dasar Hijau
20.
F1
Dasar sungai
21.
F2
Danau, rawa-rawa, rawa belakang, sungai yang ditinggalkan
22.
F3
Dataran banjir, dataran banjir musiman/rawa belakang bekas alur sungai
23.
F4
Cekung fluvial/ rawa belakang atau dasar danau tua
24.
F5
Tanggul fluvial, gugusan aluvial
25.
F6
Teras aluvial
26.
F7
Kipas aluvial aktif
27.
F8
Kipas aluvial tidak aktif
28.
F9
Delta, tanggul alam dan gugusan delta kecil-kecil
29.
F10
Rawa belakang delta fluvial
30.
F11
Pantai delta
31.
F12
Aluvial aktif
32.
F13
Aluvial tua (tidak aktif)
Bentuk asal denudasional (D) warna dasar Orange
33.
D1
Perbukitan terkikis dan tererosi ringan
34.
D2
Perbukitan terkikis dengan erosi sedang –berat
35.
D3
Perbukitan dan pegunungan terkikis
36.
D4
Bukit sisa terisolasi
37.
D5
Dataran
38.
D6
Dataran terangkat/ plato
39.
D7
Kaki lereng
40.
D8
Pedimen
41.
D9
Zona singkapan/ lereng terjal
42.
D10
Kipas aluvial dan rombakan kaki lereng
43.
D11
Daerah dengan gerakan massa tanah cukup berat
44.
D12
Sisi lembah curam


Spesifikasi penamaan dan warna dasar bentuk lahan

Overlay
Teknik  overlay  merupakan  pendekatan  yang  sering dan baik digunakan dalam perencanaan  tata guna  lahan/ landscape. Teknik overlay ini dibentuk melalui penggunaan secara tumpang tindih (seri) suatu peta yang masing-masing mewakili faktor penting lingkungan/ lahan. Overlay  merupakan  suatu  sistem  informasi  dalam bentuk grafis yang dibentuk dari penggabungan berbagai peta  individu  (memiliki  informasi/database  yang spesifik). Melalui penggunaan teknik overlay, berbagai kemungkinan  penggunaan  lahan  dan  kelayakan  teknik dapat  ditentukan  secara  visual.  Skala  peta  dapat divariasikan  mulai  dari  skala  besar  (untuk  perencanaan regional)  sampai  skala  kecil  untuk  identifikasi  yang bersifat  spesifik. Overlay  juga digunakan pada pemilihan rute untuk proyek bidang datar (dua dimensi) seperti jalan dan jalur transmisi.











1.      HASIL tidak ditampilkan













2.      PEMBAHASAN
Pada wilayah pengamatan, berdasarkan genesanya, ben tuk Lahan mayor yang  terdapat di lokasi pengamatan mempunyai bentukan lahan minor diantaranya adalah:

Bentuk Lahan Struktural

bentuk lahan asal structural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. terbentuk karena adanya proses endogen berupa tektonisme atau diastropisme . proses ini meliputi pengangkatan, penurunan dan pelipatankerak bumi sehingga terbentuk strujtur geologi lipatan dan patahAn. selain itu terdapat struktur horizontal yang merupakan struktur asli sebelum mengalami perubahan. dari struktur pokok tersebut dapat dirinci menjadi berbagai bentuk berdasarkan sikap lapisan batuan dan kemiringannya.

ciri-ciri bentuk lahan asal structural
·         dip dan strike batuan resisten-non resisten jelas
·         horizon kunci jelas
·         adanya sesar, kekar, pecahan,:gawai sesar, sesar bertingkat
·         adanya materi interusif: dike, kubah granitic

a.       Perbukitan Struktural

Relief : Perbukitan
Batuan/ Struktur : Berlapis, Cekung, Cembung, Miring
Proses : Endapan purba, Erosi, Longsor
Karakteristik : Perbukitan dgn pola memanjang, igir sejajar, sering  terdenudasi

b.      Patahan (Fault)

Relief : Perbukitan
Batuan/ Struktur : Patahan
Proses : Tektonik
Karakteristik : Terdapat kelurusan bidang goresan,  jalur mataair, jalur  vegetasi

Bentuk Lahan Volkan

 Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk kaldera yang besar. Kekomplekkan terrain vulkanik akan terbentuk bila proses-proses yang non-vulkanik berinteraksi dengan vulkanisme. Proses patahan yang aktif akan menghasilkan erupsi linier dan depresi volkano-tektonik. Satuan bentuklahan vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, dan sebagai contoh penyimbulannya antara lain : satuan kepundan (VK), satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng vulkan (VL), satuan kakilereng gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk).

Proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar dan curah hujan yang tinggi membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan rapat serta dibatasi oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengikuti aliran sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi dengan kemiringan lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan munculnya mataair membentuk sabuk mataair (spring belt).

Pola aliran sungai terbentuk akibat proses geomorfologi yang bekerja pada batuan di permukaan, sehingga terbentuk pola yang relatif annular sentrifugal dengan anak-anak sungai utama relatif sejajar, kemudian bertemu pada tekuk lereng pertama. Beberapa sungai bertemu kembali pada tekuk lereng kedua, dan seterusnya. Kerapatan aliran umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah, yang semakin menurun kerapatannya ke arah lereng bawah dan kaki lereng.

Pola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-kiri sungai, pola kelurusan kontur yang melingkar serta break of slope yang berasosiasi dengan spring belt. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di bagian atas, hutan penyangga di tengah dan akhirnya menjadi lahan budidaya pertanian di bagian kaki lereng sampai dataran fluvialnya. Permukiman dapat dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang ke arah bawah yang mempunyai kerapatan semakin padat.

Bentuk Lahan Dataran Fluvial

a.       Dataran Banjir

Relief : Datar
Batuan/ Struktur : Berlapis, tidak kompak
Proses : sedimentasi
Karakteristik : relief datar, terbentuk dari proses fluvial

b.      Tanggul Sungai

Relief : Berombak
Batuan/ Struktur : Berlapis, tidak kompak
Proses : Sedimentasi, Erosi
Karakteristik : Relief datar-berombak, pola memanjang sungai

c.       Teras Depositional

Relief : Datar
Batuan/ Struktur : Berlapis, tidak kompak
Proses : Sedimentasi, Erosi
Karakteristik : Relief datar, membentuk teras di sisi sungai karena erosi dan sedimentasi
 Bentuk lahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsetrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi. Proses erosi yang disebabkan oleh aliran air diawali dengan adanya proses pelapukan, baik pelapukan fisis, khemis maupun organis akan terpencarkan oleh tetesan air hujan, selanjutnya akan terangkut oleh aliran permukaan dan aliran sungai.
Pengangkutan sedimen dalam bentuk : muatan dasar, muatan suspensi, muatan terlarut, dan muatan yang mengapung. Pada muatan dasar sedimen berpindah secara bergulling (rolling), bergeser (shifting), dan melompat (saltation), sedangkan pada muatan suspensi sedimen bergerak secara melayang-layang pada aliran sungai. Pada aliran yang relatif cepat, sebagian muatan dasar dapat menjadi muatan suspensi., sedangkan aliran lambat sebagian muatan suspensi menjadi muatan dasar. Muatan dasar akan mengalami sedimentasi, jika aliran air sudah tidak mampu mengangkutnya lagi. Demikian juga muatan suspensi, akan menjadi muatan dasar jika kecepatan aliran, dan selanjutnya akan mengalami sedimentasi. Muatan yang mengapung akan terangkut terus hingga tenaga aliran sudah tidak mampu untuk mengangkutnya lagi. Mekanisme pengangkutan muatan sedimen (muatan dasar, muatan sedimentasi, dan muatan terlarut).
Aliran sungai akan mengangkut material dari bagian hulu menuju bagian hilir. Dalam proses pengangkutan sedimen, kemampuan aliran air dalam mengangkut sedimen (stream competention) akan berkurang, hal tersebut ditentukan oleh: berkurangnya debit aliran, kemiringan dasar sungai semakin kecil, terjadi penambahan sedimen yang terangkut, dan aliran air sungai semakin melebar. Struktur sedimen dapat dipengaruhi oleh aliran air, kecepatan aliran, banyaknya material sedimen yang terangkut. Struktur sedimen yang dihasilkan dapat berupa struktur horizontal, silangsiur, struktur delta. Permukaan sedimen dapat berombak, dengan berbagai macam bentuk. Secara vertikal sedimen dapat memiliki sebaran butir, gradasi sangat baik, gradasi baik, gradasi sedang, gradasi buruk, dan tidak bergradasi. Secara memanjang sungai sebaran sedimen dapat terjadi sortasi, dengan kriteria sortasi sangat baik, baik, sedang, buruk, dan tidak ada sortasi.
                                                                          

Bentuk Lahan Solusional (Karst)

a.        Kubah Kars

Relief : Perbukitan
Batuan/ Struktur : Gamping
Proses : Solusional, erosi
Karakteristik : Perbukitan berbatuan gamping, sering dipisahkan relief  dataran atau berombak 


Karst adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanyadepresi tertutup ( closed depression ),drainase permukaan,dangua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutanbatuan,kebanyakanbatu gamping. 

Karakteristik karst
 Ciri-ciri daerah karst antara lain:
·         Daerahnya berupa cekungan-cekungan.
·         Terdapat bukit-bukit kecil.
·         Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
·         Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
·         Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batugamping.
·         Permukaan yang terbuka nampak kasar,

Bentuk Lahan Marine
Bentuk Lahan asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.

1.      KESIMPULAN
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan tersebut terdapat, Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van Zuidam (1969).
Berdasarkan pada citra foto satelit tersebut dapat diinterpretasikan bentuk lahan sebagai berikut:
Bentuk Lahan Struktural
bentuk lahan asal structural tersusun dari seseri lapisan, baik yang telah terusik oleh suatu tekanan maupun yang belum terusik. terbentuk karena adanya proses endogen berupa tektonisme atau diastropisme .
Bentuk Lahan Vulkanik
Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato.
Bentuk Lahan Flufial
Bentuklahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsetrasi yang berupa limpasan permukaan.
Bentuk Lahan Karst
Karst adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanyadepresi tertutup ( closed depression ),drainase permukaan,dangua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutanbatuan,kebanyakanbatu gamping.
Bentuk Lahan asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.
Bentuk Lahan asal marin merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.

DAFTAR PUSTAKA
http://quiinyta90.blogspot.com/2011/03/geologi-citra-penginderaan-jauh.html
http://annisamuawanah.blogspot.com/2011/10/interpretasi-citra-penginderaan-jauh.html
http://yanti-geoblog.blogspot.com/2012/03/inderaja.html
http://lopecasubrata.blogspot.com/2012/05/pola-aliran-sungai.html
http://dwioktavianingrum.wordpress.com/






































No comments:

Post a Comment

loading...