Sunday, May 14, 2017

Sejarah Tentang Godwana dan Pangeae. Serta Fenomena Gunung Muria


GODWANA DAN PANGEAE
Pengetahuan terhadap bumi memberikan gambaran bahwa bumi pernah melewati fase cair pijar, di mana bagian terluar mengalami pengkristalan menjadi kulit bumi dan sewaktu-waktu mengalami retak, sehingga magma dapat menerobos ke permukaan. Teori perkembangan muka bumi antara lain dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:

Benua-benua yang ada sekarang ini, dahulunya adalah satu benua yang disebut
Benua Pangea.




Benua Pangea tersebut pecah karena gerakan benua besar di selatan baik ke arah barat maupun ke arah utara menuju khatulistiwa. Daerah Greenland sekarang ini bergerak menjauhi daratan Eropa dengan kecepatan 36 meter/tahun, sedangkan Kepulauan Madagaskar menjauhi Afrika Selatan dengan kecepatan 9 meter/tahun. Dengan peristiwa tersebut maka terjadilah hal-hal sebagai berikut.
a. Bentangan-bentangan samudra dan benua-benua mengapung sendiri- sendiri.
b. Samudra Atlantik menjadi semakin luas karena benua Amerika masih terus bergerak ke arah barat, sehingga terjadi lipatan-lipatan kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan utara-selatan, yang terdapat di sepanjang pantai Amerika Utara dan Selatan.
c. Aktivitas seismik yang luar biasa di sepanjang Patahan St. Andreas, di dekat pantai barat Amerika Serikat.

d. Batas Samudra Hindia semakin mendesak ke utara. Anak benua lndia semakin menyempit dan makin mendekati ke Benua Eurasia, sehingga menimbulkan lipatan Pegunungan Himalaya.
Pergerakan benua-benua sampai sekarang pun masih berlangsung, hal dibuktikan dengan makin melebarnya celah yang terdapat di alur-alur dalam samudra.

B. PANGEA DAN GONDWANA



Lapisan bumi yang tersusun dari berbagai proses secara sedemikian rupa, nampaklah bagian-bagian yang di antaranya bagian terluar yang keras danbagian bawah yang relatif cair. Kita merasakan seolah-oleh permukaan bumi sesuatu yang kaku dan diam (tidak bergerak). Ternyata sejak zaman dulu, permukaan bumi yang diam ini telah mengalami perjalanan atau pergeseran yang jauh dari bentuknya semula. Di antara para ilmuwan yang memberikan
gagasan tentang adanya pergeseran di bumi yaitu Antonio Snidar – Pellegrini yang mengamati benua-benua Afrika dan Amerika Selatan merupakan benua yang pernah bersatu.
Seorang ahli ilmu cuaca dari Jerman yang bernama Alfred Wegener (1912), dalam teorinya yang terkenal yaitu teori pengapungan benua (Continental drift theory) mengemukakan bahwa sampai sekitar 225 juta tahun lalu, di bumi baru ada satu benua dan samudra yang maha luas. Benua raksasa ini dinamakan pangea, sedangkan kawasan samudera yang mengapitnya dinamakan panthalassa.  
.Sedikit demi sedikit pangea mengalami retakan-retakan dan pecah. Sekitar 135 juta tahun yang lalu, benua raksasa tersebut pecah menjadi dua, yaitu pecahan benua di sebelah utara dinamakan Laurasia dan di bagian selatan dinamakan gondwana. Kedua benua itu dipisahkan oleh jalur laut sempit yang dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini merupakan jalur cebakan minyak bumi di sekitar laut-laut di kawasan Timur Tengah.
          laurasia merupakan moyang  benua-benua yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator (belahan bumi utara), meliputi eurasia, amerika utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Adapun Gondwana merupakan moyang kepada benua-benua di belahan bumi selatan, meliputi amerika selatan, afrika, sub benua india, australia, dan antartika, hingga terbentuklah benua-benua yang kita saksikan saat ini
Baik Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi menjadi daratan yang lebih kecil dan bergerak secara tidak beraturan dengan kecepatan gerak berkisar antara 1 – 10 cm pertahun (coba kalian lihat teori tektonik lempeng). Dalam sejarah perkembangan planet bumi, sekitar 65 juta tahun lalu, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua yang saat ini letaknya di sebelah utara ekuator (belahan bumi utara), meliputi Eurasia, Amerika
Utara, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Adapun Gondwana merupakan cikal bakal benua-benua di belahan bumi selatan, meliputi Amerika Selatan, Afrika, Sub benua India, Australia, dan Antartika, hingga terbentuklah benuabenua yang kita saksikan saat ini. Perhatikan gambar 2.4 berikut.


Gambar 2.4
Rangkaian Pergerakan Benua

(Sumber: http://land.heim.at/toskana/210137/)


GUNUNG MURIA



Dalam benak saya, ketika mendengar nama gunung muria disebut maka yang terbersit adalah alkaninitas yang tinggi dan lokasinya yang keluar dari jalur utama gunungapi2 yang yang ada di jawa tengah. untuk memahami posisi gunung ini yang terkesan aneh (tidak biasa) maka kita harus juga memahami struktur regional pulau jawa. gunung muria ini berdiri tepat di atas sebuah sesar tektonik tua (muria kebumen BD-TL) di jawa tengah (asumsi saya sesar ini kemungkinan besar memotong gunung sumbing pada pra kuarter).

gunung ini sebenarnya tidaklah terlalu tua karena usianya baru 1 juta s/d 10.000 tahun BC. masalahnya, bagaimana bisa gunung ini berada tidak di lokasi yang umum seperti gunungapi lain di regional jawa tengah? itu yang sampai saat ini saya masih belum bisa menemukan jawabannya. apakah karena kemiringan lempeng indoaustrali (oceanic plate) di menunjam dibawa pulau jawa dahulu memiliki sudut lebih kecil, lalu ada semacam seamont yang tertelan masuk menunjam di bawah pulau jawa sehingga kemudian tertarik ke selatan dan disanalah (jawa bagian tengah) tumbuh hampir semua gunungapi2 aktif hingga sekarang?

jika kita refer ke hasil pengukuran GPS maka pulau jawa terus bergerak ke utara setiap tahunnya karena efek subduksi dua lempeng raksasa di selatannya. jika benar seperti itu maka saya pribadi berasumsi bahwa semenanjung muria (sejak kota kudus, pati di selatan hingga jepara di utara) dulunya tidak pernah bergabung dengan daratan utama pulau jawa!

memang ini terkesan teori kasar yang sangat prematur, tetapi saya beranggapan bahwa gunung muria dahulu adalah pulau vulkanik yang terpisah dari daratan jawa. kemudian menjadi satu dengan jawa karena dua sebab: pertama pergerakan relatif pulau jawa ke utara sebagai akibat subduksi lempeng indoaustrali di selatan jawa. kedua karena sedimentasi antara demak dan muria.

bagaimana mekanismenya?
coba pikirkan topografi pantura pada 500 - 1000 tahun yang lalu? pastinya jauh berbeda dengan hari ini, bukan? untuk itu saya sengaja membuka kembali naskah2 ebook kerajaan demak dan disana menerangkan bahwa demak dahulu kala berada di tepi laut! hari ini jika kita kesana maka paling tidak demak sudah berada 15 - 20km dari bibir pantai lho. itu artinya pantai utara pada saat ini dan pada 500 tahun lalu saja sudah sangat berbeda topografinya.

ada satu kalimat juga dalam sebuah catatan De Graaf "De Eerste Moslimse Voorstendommen op Java" yang mengisahkan jalur perdagangan pada masa lalu pernah dilakukan dari semarang - demak langsung ke rembang dengan melalui selat sempit diantara jawa tengah dan pulau muria. kutipan ini memang tidak bisa serta merta membuat hipotesa saya terjawab karena harus dibuktikan dengan penelitian di lapangan. untuk itu saya kembali melakukan pengukuran wilayah sekitar demak. dan dari hasil kasar pengukuran altitude dengan menggunakan citra satelit (GE), saya dapatkan bahwa demak-dempet-undaan-winong-pati-rembang adalah kelurusan dengan kontur yang nyaris sama tinggi dengan permukaan laut (rata <10mdpl saja).

dari pengukuran citra satelit inilah saya semakin yakin bahwa kemungkinan besar memang gunung muria pada masa lalu merupakan sebuah pulau vulkanik yang terpisah dari jawa tengah dan baru bersatu paling tidak dalam 500 - 1000 tahun terakhir dengan didasari alasan sedimentasi demak dan subduksi lempeng. hmmm....banyak ilmu & titik terang yang saya dapat secara tidak sengaja hari ini atas soal yang di berikan Ibu Irma.
entah kenapa hari ini saya memiliki optimisme bahwa hipotesa saya tentang gunung muria masa lalu yang pernah terpisah dari jawa tengah dan berbentuk sebuah pulau vulkanik lalu kemudian bergabung dengan jawa tengah adalah benar adanya. tetapi jikapun hipotesa itu terbantahkan, tapi semoga dengan terus belajar kita dapat menemukan fakta yang sebenarnya. Serta dapat menambah Iman kita atas segala keajaiban ciptaan_Nya.
salam.
GUNUNG MURIA
Masih menurut perkiraan beberapa ahli, gunung Muria pun dulunya merupakan sebuah pulau vulkanik yang terpisah dari daratan pulau Jawa. Dalam kurun 500 – 1000 tahun terakhir, pulau Muria ini kemudian menyatu dengan pulau Jawa akibat sedimentasi dan subduksi lempeng. Dugaan ini diperkuat catatan HJ De Graaf dan Th G Pigeaud (Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram; Grafiti Pers, 1985) yang mengisahkan jalur perdagangan pada masa lalu yang dilakukan dari Semarang – Demak langsung menuju Rembang dengan melalui selat sempit diantara Jawa Tengah dan pulau Muria.

Perkiraan kondisi pulau Muria sebelum menyatu dengan pulau Jawa
Seperti sejarahnya, status gunung Muria pun masih sering diperdebatkan para ahli. Meskipun tidak tergolong sebagai gunung api aktif, namun banyak ahli yang tidak berani menyebutnya gunung api mati (extict). Karenanya banyak ahli memilih menganggapnya sebagai gunung api ‘tidur’ (dormant). Prihadi et al (2005), Geologi ITB dan kawan-kawannya dari BATAN dalam “Volcanic Hazard Analysis for Proposed Nuclear Power Plant Siting in Central Java, Indonesia” menyimpulkan bahwa Gunung Muria sebagai non-capable volcano for magmatic eruption in the near future. “Dalam waktu dekat tidak akan meletus”. Diperkirakan, terakhir kali gunung Muria meletus antara tahun 300 Masehi – 160 Sebelum Masehi.
Gunungapi Tersier Muria dan sekitarnya
Gunung Muria merupakan gunungapi tersier. Proses terbentuknya gunung muria dari intrusi magma. Sebelumnya telah terbentuk bukit-bukit disekitar gunugn muria ini. Setelah gunung muria muncul beserta bukit-bukit disekitarnya daerah ini kemudian terangkat dan membentuk daratan. Sisa-sisa aktivitas vulkanik ini masih dapt dilihat dengan jelas. Di sebelah utara gunung muria terdapat lava flow yang menyatu dengan bentang lahan marine. Lafa flow ini terletak tepat diantara gunungapi muria dan laut jawa sehingga tidak terdapat dataran fluvio-marine. Air laut disekitar lava flow berwarna coklat karena tercampur material sedimen dari hasil erosi lahan gundul pada hulu sungai yang bermuara di laut jawa. Warnany yang sangat pekat menunjukkan banyaknya material yang tererosi.
Disebelah selatan gunungapi muria terdapat dataran kaki ( fluvio footplane). Daerah yang subur dengan material sedimen vulkanik. Karena kesuburan tanah, daerah ini dijadikan lahan pertanian. Sistem pengairan berupa irigasi dari sungai yang bersumber di gunungapi Muria. Daerah ini merupakan kawasan hijau yang produktif dan menjadi lumbung pangan kawasan Jawa tengah. Selain menjadi lahan pertanian padi, disini juga banyak terdapat perkebunan singkong, singkong ini menjadi bahan dalam pembuatan tepung tapioka.
Adanya pabrik tapioka didaerah ini meningkatkan pendapatan penduduk khusunya petani singkong dan mampu menyerap tenaga kerja. Namun pabrik ini menimbulkan masalah lingkungan. Limbah pabrik yang bernama asam biru bercampur dengan limbah rumah tangga dan meresap kedalam tanah mendari air tanah. Jika ibu hamil meminum air tanah yang telah tercampur dengan limbah ini bayinya ketika lahir akan berwarna biru. Penurunan kesehatan ini akan menimbulkan turunya kualitas generasi penerus.
Letak daerah ini di jalur pantura membuat kegiatan ekonomi semakin kuat. Aksesibilitas tinggi karena menghubungkan dua kota besar Jakarta-Surabaya ini mempercepat distribusi barang keluar-masuk daerah ini.
Penggunaan lahan pada gunungapi muria dan sekitarnya didominasi oleh pertanian dan konservasi tanaman pohon seperti akasia, mahoni dan jati.


Daftar Pustaka
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000011063420/gunung-muria-anomali-gunungapi-kuarter
http://alamendah.org/2012/02/18/gunung-muria-sejarah-status-dan-potensi/
http://www.scribd.com/doc/70084009/TEORI-LAURASIA-GONDWANA
http://gamapenta.blogspot.com/2012/03/proses-terbentuknya-benua-dan-samudra.html?showComment=1341227427600#c6507334776617166890


No comments:

Post a Comment

loading...